Selasa, 28 Februari 2006

Kisah Iwan Si Pembunuh Sadis (4-Habis)

Keluarga Iwan Misterius

TAK ada yang tahu persis di mana rumah keluarga Iwan Setiadi (23), pelaku pembunuhan sadis di Kecamatan Warungkondang Senin (27/2) lalu. Meski Iwan mengaku tinggal di Kampung Balakang Desa Sindanglaya Kecamatan Cipanas, sejumlah warga setempat mengaku tak mengenal sosok Iwan ataupun Ceceng, ayahnya. Iwan pun tak pernah memberikan alamat jelas kepada pihak kepolisian.

“Ini memang Kampung Balakang. Desanya juga Desa Sindanglaya. Tapi kalau nama Iwan atau Ceceng, saya tidak tahu. Kampung ini kan luas sekali, jadi saya juga tidak tahu persis. Yang jelas, saya tidak tahu di mana itu rumah Iwan atau Ceceng,” kata Wawan (34), salah seorang warga setempat kepada wartawan, Rabu (1/3).

Warga Kampung Cicariang Kaler pun mengaku tidak tahu persis di mana rumah Iwan sesungguhnya. Meski Iwan sering berada di kampung tersebut dan tinggal di rumah kakeknya, pemuda itu jarang bergaul dengan warga. Kepergian Iwan dari rumah kakeknya beberapa bulan yang lalu juga sama sekali tidak diketahui warga.

“Saya tidak tahu di mana rumah Iwan. Soalnya, selama berada di kampung ini dan tinggal di rumah kakeknya juga Iwan jarang bergaul. Tidak ada wargayang tahu kepergian Iwan dari kampung ini beberapa bulan yang lalu. Tiba-tiba, Iwan kembali datang dan langsung menggegerkan warga sekampung karena membunuh Atin dengan sadis,” kata Yusuf (75), salah seorang tokoh Kampung Cicariang Kaler. (tig)

Read more »

Kisah Iwan Si Pembunuh Sadis (3)

Ditanya Wartawan Iwan Ngeloyor

ENTAH apa yang ada dalam pikiran Iwan Setiadi (23) ketika berada di ruang pemeriksaan Mapolres Cianjur, Rabu (1/3) siang. Saat sejumlah wartawan tengah berusaha mewawancarainya, Iwan tiba-tiba malah ngeloyor pergi ke luar ruangan. Sambil berjalan tertatih-tatih, Iwan terus keluar ruangan dan tak mengindahkan suara aparat kepolisian yang memanggil namanya.

Kontan saja, aksi tersebut sempat membuat heboh ruang pemeriksaan Mapolres Cianjur. Tak urung, sejumlah aparat kepolisian langsung menghadang Iwan yang tak bisa berjalan sempurna. Di luar ruangan pemeriksaan, Iwan sempat tak mau kembali masuk. Baru setelah aparat kepolisian menarik lengannya, Iwan pun masuk dan kembali duduk di ruang pemeriksaan.

Sebelum aksi itu dilakukannya, Iwan terlebih dulu memejamkan mata sambil menyilangkan kedua tangannya. Seluruh pertanyaan wartawan tak pernah dijawabnya dengan benar. Ketimbang menjawab pertanyaan wartawan, Iwan lebih memilih diam dan menundukkan kepala. Akhirnya, beberapa saat setelah melakukan aksi tutup mulut, Iwan beranjak dari kursi sambil mengeluarkan beberapa kalimat. “Ah… Rek kaluar heula (Ah, mau keluar dulu),” begitu ucap Iwan sebelum pergi keluar ruangan. (tig)

Read more »

Kisah Iwan Si Pembunuh Sadis (2)

Saya Seperti Kerasukan

DENGAN langkah terpincang-pincang, Iwan Setiadi (23), pelaku pembunuhan sadis di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur berjalan dari sel tahanan menuju ruang pemeriksaan Mapolres Cianjur, Rabu (1/3). Ia tampak diapit dua aparat kepolisian dengan tangan diborgol. Wajahnya masih dipenuhi luka bekas hajaran massa dua hari yang lalu.

Saat berjalan menuju ruang pemeriksaan, Iwan lebih sering menundukkan kepala. Kaki kirinya yang terluka ditekukan sehingga ia hanya berjalan dengan satu kaki. Meski petugas kepolisian meminta Iwan menurunkan kaki kirinya, pemuda itu bergeming dan tetap berjalan terpincang. Tingkah Iwan yang tetap menundukkan kepala dilanjutkannya di ruang pemeriksaan.

“Saya tidak tahu kenapa saya melakukan perbuatan itu. Yang jelas, begitu saya bangun tidur saya langsung menggorok leher pak lurah. Saat itu, saya seperti kerasukan. Padahal, pak lurah itu sudah saya anggap bapak saya sendiri. Pokoknya, saya tidur jam 7 malam (Minggu, Red) di rumah kakek saya di Cicariang. Terus pas bangun saya langsung melakukan perbuatan itu,” kata Iwan di hadapan petugas penyidik.

Sorot matanya tiba-tiba berubah tajam. Hampir sekeliling ruangan ia perhatikan. Namun, setelah itu, Iwan kembali tertunduk. Beberapa saat kemudian, petugas penyidik membawa golok yang digunakan Iwan menggorok Atin. Menurut Iwan, golok itu merupakan kepunyaan Atin yang ia rebut dari pinggang Atin saat berada di empang. Di ruang pemeriksaan, Iwan kemudian memeragakan cara dia membunuh korban.

Itulah barangkali beberapa kalimat yang diucapkan Iwan, baik kepada petugas penyidik maupun kepada wartawan. Meski didesak berkali-kali alasannya membunuh Atin, Iwan tak menjawab. Ia malah kembali bertingkah aneh dengan memejamkan matanya sambil mulut komat-kamit. Sesekali, Iwan kembali tertunduk dan tak mau menatap wajah seluruh orang yang berada di ruang pemeriksaan. (tig)

Read more »

Kisah Iwan Si Pembunuh Sadis (1)

Kerap Mengamuk di Sel

CIANJUR, TRIBUN – Iwan Setiadi (23), pelaku pembunuhan sadis di Kampung Cicariang Kaler Desa Bunisari Kecamatan Warungkondang Senin (27/2) lalu diduga mengalami gangguan jiwa. Selama dalam sel tahanan Mapolres Cianjur, warga Kampung Balakang Desa Sindanglaya Kecamatan Cipanas ini kerap mengamuk dan sempat memukul seorang tahanan.

Ditemui Tribun di sel tahanan I Mapolres Cianjur Rabu (1/3) siang, Iwan tampak duduk di lantai dengan tatapan kosong. Pemuda bertubuh gempal ini seolah tak memedulikan panggilan 14 tahanan lainnya yang berada dalam sel berukuran sekitar 4x3,5 meter tersebut. Sesekali matanya terpejam. Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Iwan saat itu meski ia sering terlihat komat-kamit.

Iwan sendiri masuk ke sel tahanan Mapolres Cianjur pada Senin (27/2) lalu setelah sebelumnya sempat dihajar massa . Ia diamankan aparat kepolisian lantaran tindakan sadisnya menggorok leher Atin Sudradjat (55), mantan Kepala Desa Bunisari periode 1995-2000, hingga putus. Lantaran kerap mengamuk dalam sel tahanan, kedua tangan Iwan akhirnya diborgol dan sempat dipisahkan dari tahanan lain.

“Kalau malam Iwan memang suka mengamuk dan tiba-tiba berteriak. Saya sempat dipukul ketika sedang nonton TV di dalam sel saat ia pertama masuk sel. Mungkin karena tempat yang saya duduki sering dipakai sama Iwan, ia marah. Teman-teman dalam sel juga pernah ditantang berkelahi. Tapi kami tidak takut, malah sering kami ajak ngobrol,” kata Damar (20), seorang tahanan yang tinggal satu sel bersama Iwan.

Dikatakan Damar, selama dalam sel, Iwan juga jarang berbincang dengan teman sesama tahanan. Setiap hari, lanjut Damar, kelakuan Iwan seperti orang aneh dan lebih banyak melamun. Pernah suatu hari, kata Damar, beberapa tahanan mengajak Iwan berbicara. Bukannya berbicara, kata Damar, Iwan malah menyilangkan kedua tangannya seperti hendak mengeluarkan jurus silat.

“Saya tidak tahu apakah dia hendak mengeluarkan jurus silat atau apa. Yang jelas, saat diajak berbicara, kelakuannya seperti itu. Akhirnya, sejak saat itu, kami biarkan saja Iwan melakukan perbuatan sesuka hatinya selama tidak mengganggu kami. Sekarang, kami sudah terbiasa dengan kelakuan Iwan yang seperti itu, malah sering kami jadikan bahan guyonan,” kata Damar.

Kapolres Cianjur AKBP Drs J Wisnu Sandjaja mengatakan, motif pembunuhan sadis yang dilakukan pelaku dengan menggorok leher korban hingga putus diduga berawal dari kesalahpahaman. Pelaku, lanjut Wisnu, ingin menggarap empang ikan yang berada di dekat rumah korban. Namun, kata Wisnu, korban tidak mau memberikan empang garapannya tersebut sehingga pelaku kesal dan nekat menggorok leher korban.

“Kalau soal kondisi kejiwaan pelaku masih perlu pemeriksaan psikiater makanya kami berencana memanggil ahli jiwa. Akibat perbuatannya menghilangkan nyawa orang, apalagi dengan cara sadis pelaku bisa dijerat pasal berlapis dan diancam hukuman seumur hidup atau hukuman mati,” kata Wisnu kepada wartawan. (tig)

Read more »

Senin, 27 Februari 2006

Leher Atin Putus Digorok (3-Habis)

Sempat Diajak Makan Bersama

NASIHAH binti Hamin (53) tampak shock begitu mengetahui Atin Sudradjat (55) suaminya, tewas secara mengenaskan, Senin (27/2) pagi. Berkali-kali ibu 3 anak ini menangis histeris. Terlebih lagi setelah mengetahui pelaku pembunuhan adalah Iwan Setiadi (23), warga Kampung Balakang Desa Cipendawa Kecamatan Cipanas yang selama ini dikenal dekat dengan korban.

Menurut Nasihah, Senin (27/2) pagi, ia dan Atin baru pulang dari pengajian subuh di Pesantren Gentur Warungkondang sekitar pukul 07.00. Namun, lanjut Nasihah, sekitar pukul 07.30, rumahnya kemudian didatangi Iwan yang sudah lama tidak muncul. Setelah sempat berbincang dengan Atin, lanjut Nasihah, Iwan lantas pergi dari rumah. Nasihah mengaku tidak tahu persis pembicaran antara suaminya dengan Iwan.

“Suami saya sempat mengajak Iwan makan tapi karena Iwan tidak ada, Atin langung berangkat mencari Iwan sambil bermaksud membersihkan empang sekitar 500 meter dari rumah. Tadinya, suami saya menyuruh Iyep anak bungsu kami mencari Iwan, tapi Iyep tidak ada. Saya ingat saat itu suami saya menggunakan kemeja tangan pendek dan training panjang,” kata Nasihah sambil terus terisak.

Nasihah tak menyangka jika pertemuan Senin (27/2) pagi merupakan pertemuan terakhir dengan suaminya. Setengah jam setelah pergi ke empang, kata Nasihah, ia mendapat kabar suaminya meninggal dengan kepala terputus. “Saya tidak mempunyai firasat apa-apa pada malam sebelumnya. Saya juga tidak curiga dengan kedatangan Iwan ke rumah. Tahu-tahu, suami saya sudah meninggal dengan kondisi yang mengenaskan. Saya melihat sendiri jasad suami saya….,” kata Nasihah dengan terbata-bata.

Menurut Nasihah, selama ini Iwan sudah dianggap anaknya sendiri. Bahkan, lanjut Nasihah, sejak bulan Oktober hingga pertengahan Desember lalu, Iwan sempat tinggal di rumahnya. Baru setelah dijemput Ceceng ayahnya, kata Nasihah, Iwan menghilang dan tak pernah kembali lagi ke rumah Atin. “Saya baru ketemu Iwan tadi pagi (kemarin, Red) setelah 3 bulan menghilang,” kata Nasihah.

Asep Saepudin (23), anak pertama korban meminta aparat kepolisian memberikan hukuman mati bagi pelaku. Menurut Asep, satu-satunya hukuman yang pantas bagi pelaku pembunuhan sadis tersebut adalah hukuman mati. “Kalau saya tidak sadar dengan hukum, sudah pasti saya akan kembali membunuh pelaku dengan tangan saya sendiri sesuai perbuatannya. Tapi, kami minta pelaku diberikan hukuman yang setimpal,” kata Asep kepada wartawan.

Hal yang sama juga dikatakan Nasihah. Ia meminta pelaku dihukum mati. Bahkan bila perlu, hukuman tersebut disaksikan oleh warga seluruh kampung. “Saya tidak puas jika pelaku tidak dihukum mati. Bila perlu pelaku digantung dan disaksikan banyak orang seperti di arab saudi sana ,” kata Nasihah. (gin gin tigin ginulur)

Read more »

Leher Atin Putus Digorok (2)

Gara-gara Uang Kontrakan

BANYAK versi yang beredar terkait motif yang dilakukan Iwan Setiadi (23) menggorok leher Atin Sudradjat (55) hingga putus, Senin (27/2) pagi. Sejumlah warga menduga, tindakan Iwan membunuh korban dilakukan atas dasar kesal lantaran uang kontrakan yang ia tagih dari Atin masih belum dibayar. Selama ini, korban tinggal di rumah kontrakan milik Ceceng, orangtua pelaku.

“Kemungkinan Iwan datang ke rumah Atin untuk menagih uang kontrakan yang selama ini belum dibayar oleh korban. Mungkin kesal dengan nada bicara korban, Iwan langsung nekat menghabisi nyawa Atin dengan menggorok leher korban hingga putus. Padahal selama ini pelaku dikenal dekat dengan korban, malah pelaku sudah dianggap anak sendiri oleh korban,” kata salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya.

Sementara itu, beberapa warga lainnya memiliki versi yang berbeda. Mereka menduga, Iwan nekat menghabisi nyawa Atin untuk memperdalam ilmunya. Pelaku sendiri menurut pengakuan warga dikenal stres dan jarang bergaul dengan warga. “Saya tidak tahu persis apa motif yang membuat Iwan nekat menghabisi nyawa Atin dengan menggorok lehernya. Tapi ada yang bilang pelaku itu ngelmu (menimba ilmu, Red),” kata warga lainnya.

Kapolsek Warungkondang AKP Cucu Priatna, yang langsung terjun ke lapangan masih enggan memberikan komentar mengenai latar belakang pembunuhan itu. Meski begitu, Cucu membenarkan jika pembunuhan tersebut merupakan pembunuhan tersadis dalam 3 bulan terakhir. “Kami belum bisa mengungkapkan motif pembunuhan ini karena masih dalam penyelidikan polisi,” kata Cucu kepada wartawan. (tig)

Read more »

Leher Atin Putus Digorok (1)

CIANJUR, TRIBUN – Nasib tragis dialami Atin Sudradjat (55), warga Kampung Cicariangkaler RT 12/5 Desa Bunisari Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Mantan Kepala Desa Bunisari periode 1995-2000 ini tewas dengan leher terputus di empang dekat rumahnya, Senin (27/2) pagi. Ironisnya, pelaku pembunuhan tak lain adalah Iwan Setiadi (23), pemuda yang selama ini sudah dianggap anaknya sendiri.


Usai menggorok leher Atin, Iwan sendiri sempat terlihat berjalan santai dengan wajah berlumuran darah di sekitar Jalan Raya Jambudipa. Warga Kampung Balakang Desa Cipendawa Kecamatan Cipanas ini pun langsung diamankan aparat kepolisian dari Polsek Warungkondang setelah sebelumnya sempat dihakimi massa . Dari tangan pelaku, petugas mengamankan sebilah golok yang digunakan Iwan menghabisi korban. Belum diketahui motif pelaku melakukan pembunuhan tersebut.

Informasi yang dihimpun Tribun, pembunuhan sadis tersebut terjadi sekitar pukul 09.00. Saat itu, Iyan Sofyan (43), salah seorang kerabat korban mendengar suara ribut-ribut di sekitar empang dekat rumah Atin. Iyan pun lantas mengajak Iyep Komarudin (17) putra ketiga korban mendekati sumber keributan. Betapa kagetnya Iyan dan Iyep begitu melihat Iwan tengah menggorok leher Atin hingga putus.

“Begitu melihat tubuh bapak ditindih oleh Iwan yang saat itu menempelkan golok di leher bapak, saya dan Pak Iyan langsung menendang kepala dan badan Iwan. Tapi, Iwan tidak bergerak sama sekali dan malah menatap saya dengan sorotan tajam. Karena takut melihat pelaku, saya dan pak Iyan langsung lari dan berteriak minta tolong,” kata Iyep yang sempat tak sadarkan diri setelah mengetahui bapaknya tewas mengenaskan.

Teriakan Iyep terdengar oleh sejumlah warga yang saat itu tengah berkumpul. Iyep pun menceritakan kejadian yang dialaminya. Mendengar pengakuan Iyep, puluhan warga langsung beramai-ramai mencari pelaku. Tak kurang dari setengah jam, Iwan akhirnya ditemukan di Jalan Raya Jambudipa dengan wajah berlumuran darah dan tubuh dipenuhi lumpur sambil menenteng golok. Tanpa ampun, puluhan warga langsung menghajar Iwan hingga babak belur.

“Kami melihat pelaku tengah berjalan santai di Jalan Raya Jambudipa sambil menenteng sebilah golok di tangan kanannya. Tanpa dikomando, warga langsung menghajar pelaku hingga babak belur sebelum akhirnya dipisahkan oleh tokoh masyarakat setempat. Pelaku kemudian dibawa ke Mapolsek Warungkondang. Setelah itu, polisi membawanya ke RSUD Cianjur,” kata Iyan Sofyan.

Peristiwa pembunuhan tersebut sempat menggegerkan warga Kampung Cicariangkaler. Pasalnya, pembunuhan dilakukan pelaku pada pagi hari menjelang siang. Setelah pelaku berhasil diamankan, aparat kepolisian dari Polsek Warungkondang langsung meluncur ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) guna melakukan olah TKP. Dibantu sejumlah warga, petugas lantas membawa korban ke RSUD Cianjur untuk diotopsi. (tig)

Read more »