Minggu, 26 Juni 2005

Jalur Utama Pantura Makan Korban

“Benturan Terdengar Keras”

AMINAH (53) terduduk di tempat tidurnya di Kamar Wanita Ruang Bedah RSUD Indramayu, Senin (27/6) dini hari. Selang infus terlihat menancap di lengan krinya. Warga Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah ini mengaku tidak bisa memejamkan mata, lantaran merasakan sakit yang hebat di bahu kanan dan ulu hati.

Aminah adalah salah satu penumpang bus maut yang mengalami luka cukup serius. Pada saat tabrakan antara bus dengan truk terjadi, Aminah berada di jajaran tempat duduk paling depan. Ketika tengah terlelap, ia langsung terbangun lantaran kaget mendengar suara keras dari dalam bus. Belum sempat mengetahui keadaan sekitar, Aminah keburu pingsan.

“Ketika bangun, saya mendapati diri saya terjepit di antara kursi mobil dan melihat warga sekitar sudah berkerumun. Saya teriak sama orang-orang di luar, tapi tidak langsung ditolong. Baru setelah agak lama, akhirnya ada orang yang membawa saya ke rumah sakit,” kata Aminah. Meski sudah memberitahu sanak keluarga di Jakarta, hingga Senin dini hari belum ada satupun keluarga Aminah yang datang menjenguk.

Di ruangan yang lain, Setiadi (40), Supir Bus PO Putri Jaya yang berasal dari Kabupaten Pemalang Jawa Tengah, tampak terbaring dengan luka parah di sekujur tubuhnya. Sesekali dia mengerang. Tangannya kemudian menggapai-gapai seperti meminta bantuan, namun tidak jelas apa yang dikatakannya. “Kondisi Setiadi belum dapat dipastikan karena ketika hendak dirontgen, dia menolak dengan alasan merasa sangat sakit pada bagian punggung,” kata salah seorang suster jaga di RSUD Indramayu.

Korban luka paling muda dalam kecelakaan tersebut adalah Aulia (1,5). Bocah asal Kecamatan Cakung Jakarta Utara ini menderita luka di sekujur wajahnya karena terkena pecahan kaca. Sementara Wardeni (24), ibunya, menderita luka parah pada bagian kaki.

Menurut Nahrudin (32), suaminya, Wardeni bermaksud pulang ke Jakarta bersama Aulia, anaknya, setelah menjenguk kakeknya di Indramayu. Tapi, lanjut Nahrudin, dirinya justru malah mendapat kabar buruk mengenai musibah yang menimpa keluarganya. Nahrudin sendiri mendapat kabar musibah sekitar pukul 21.00 dan langsung meluncur ke Indramayu. “Saya dapat kabar dari tetangga di Indramayu yang kebetulan ada di tempat kejadian dan ikut menolong Wardeni,” kata Nahruddin sambil menggendong Aulia. (tig)

Read more »

Jalur Utama Pantura Makan Korban

Tiga Tewas Puluhan Penumpang Luka-luka

INDRAMAYU, TRIBUN – Tiga tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam tabrakan beruntun di Jalan Raya Kandang Haur (jalur utama Pantura) Desa Eretan Wetan Kecamatan Kandang Haur Kabupaten Indramayu, Minggu (26/6) malam. Tabrakan tersebut melibatkan 3 kendaraan besar yaitu truk diesel Nopol G 1770 AD, Bus PO Putri Jaya Nopol G 1557 GC, dan truk box Nopol B 9051 SO.

Korban tewas adalah Sarmanto (26) warga Desa Ujung Gede Kabupaten Pemalang Jawa Tengah, Suliadi (26) warga Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon, dan Zaenal (30) warga Kabupaten Batang Jawa Tengah. Sementara korban luka berat atas nama Aulia (1,5) dan Wardeni (24), keduanya warga Kecamatan Cakung Jakarta Utara, Endang (19) warga Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu, Aminah (53) warga Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah, serta Setiadi (34) warga Kabupaten Pemalang Jawa Tengah.

Seluruh korban, baik yang tewas maupun luka berat langsung dilarikan ke RSUD Indramayu. Sedangkan puluhan korban luka ringan sempat mendapat pengobatan di Puskesmas Kandang Haur. Lima korban luka berat hingga saat ini masih dirawat secara intensif di Ruang Bedah RSUD Indramayu. Rata-rata, mereka menderita luka di kepala dan patah tulang kaki akibat benturan benda keras.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun di lokasi kejadian, kecelakaan tersebut terjadi sekitar pukul 18.30 malam. Saat itu, Bus PO Putri Jaya Jurusan Cirebon-Jakarta yang dikemudikan Setiadi (34), tengah melaju dari arah Timur menuju Barat, dengan tujuan Jakarta. Persis di depan SPBU Kandang Haur, Setiadi tiba-tiba membantingkan stir ke arah kanan, guna menghindari sepeda motor yang melaju menghalangi jalan bus.

Niat menghindari sepeda motor rupanya berujung maut. Dari arah berlawanan sebuah truk diesel warna krem yang dikemudikan Sarmanto (26) muncul dengan kecepatan cukup tinggi. Akibatnya fatal, bus warna silver sarat penumpang tersebut akhirnya beradu muka cukup keras dengan truk. Saking kerasnya benturan, posisi truk yang semula menghadap ke Timur, langsung berubah arah ke Barat.

Tidak hanya itu, setelah menabrak truk, bus masih terus nyelonong hingga pintu masuk samping SPBU Kandang Haur. Bus baru berhenti setelah menghantam truk box yang hendak keluar dari SPBU. Tak pelak, truk box yang dikemudikan Deny Hadi (25) tersebut langsung terseret sekitar lima meter karena terdorong badan bus. Beruntung, Deny terhindar dari maut.

Kecelakaan tersebut langsung merenggut nyawa Sarmanto, pengemudi truk diesel. Sementara Suliadi, penumpang truk, tewas dalam perjalanan menuju RSUD Indramayu. Seorang lagi korban tewas yaitu kernet Bus PO Putri Jaya, Zainal. Ia menderita luka parah di bagian kepala karena terlempar dari bus. Sementara pengemudi bus PO Putri Jaya, Setiadi, lolos dari maut meski harus menderita luka berat di bagian kepala dan kaki.

Puluhan penumpang bus yang luka ringan dan selamat sempat mendapat perawatan di Puskesmas Kandang Haur. Namun, mereka akhirnya memilih untuk melanjutkan kembali perjalanan dengan menumpang kendaraan lain.

Pantauan Tribun di lokasi kejadian Senin (27/6) sekitar pukul 01.00, sisa-sisa kecelakaan masih terlihat di pintu masuk SPBU Kandang Haur. Kaca-kaca kendaraan masih berserakan di sekitar TKP. Sementara kondisi bagian depan bus dan truk diesel yang beradu muka terlihat ringsek. Kondisi paling parah dialami truk diesel. Bagian depan truk sudah tidak berbentuk lagi.

“Saya mendengar suara benturan yang keras dari depan SPBU. Kemudian an bersama teman-teman yang lain saya langsung berlari menuju lokasi kejadian. Begitu melihat tabrakan, kami langsung menolong korban. Saya mendengar banyak penumpang bus menjerit-jerit. Terus, kami juga sempat melihat anak kecil wajahnya berlumuran darah kena pecahan kaca,” kata Rita (30), petugas SPBU Kandang Haur yang mengaku melihat kejadian.

Kecelakaan tersebut sempat membuat arus lalu lintas di jalur utama Pantura macet total sekitar hampir dua jam. Pasalnya, ketiga kendaraan besar yang terlibat kecelakaan menghalangi jalan, terutama dari arah Jakarta menuju Indramayu. Namun, setelah mobil derek membawa ketiga kendaraan ke Polsek Kandang Haur, kemacetan akhirnya bisa diatasi. (tig)

Read more »

Selasa, 14 Juni 2005

Anak Saya Meninggal karena Kanker Ginjal

LANGKAH Tita F Rahayu (37) terhenti di pintu masuk Ruang Bougenville RSUD Waled, Rabu (15/6) malam. Tatapannya kosong. Ibu dua anak itu kemudian meneteskan air mata, begitu melihat kondisi penderita kanker ginjal, Siti Romlah (9), duduk tak berdaya. Tangis guru kimia SMA 1 Cileunyi itu pun akhirnya pecah.

“Istri saya teringat anak ketiga kami yang meninggal karena penyakit yang sama dengan Romlah. Namanya Fadillah Khotimah. Usianya saat meninggal baru 4 tahun. Kanker ginjal menggerogoti putri ketiga saya sejak usianya dua tahun. Kami sudah berusaha berobat ke sana ke mari, namun Tuhan memang berkehendak lain. Tanggal 7 Desember 2003, Fadillah meninggal,” kata Yusuf kepada Tribun, menceritakan pengalaman pahitnya.

Menurut Yusuf, Fadillah divonis menderita kanker ginjal saat dirinya berobat ke RS Bromeous Bandung. Saat usia dua tahun, kata Yusuf, Fadillah tiba-tiba terjatuh. Kemudian, warga Jalan Rancabolang Bandung ini melihat benjolan pada bagian perut Fadillah. “Saya mengira benjolan itu disebabkan oleh benturan akibat Fadillah terjatuh. Setelah diperiksa, dokter langsung memvonis anak saya menderita kanker ginjal,” kata Yusuf.

Selang beberapa hari kemudian, ginjal Fadillah diangkat, agar kanker yang dideritanya tidak sampai menyebar ke paru-paru dan hati. Dokter yang menangani Fadillah, kata Yusuf, mengatakan operasi berjalan dengan sukses. Namun, lanjutnya, Fadillah tetap harus dikemoterapi. Yusuf pun menerima saran dokter, dengan harapan anaknya bisa sembuh seperti semula.

“Saya turuti nasihat dokter. Fadillah dikemoterapi di RS Rancabadak Bandung. Bahkan saya sengaja mencari obat kemoterapi hingga ke Singapura, demi kesembuhan anak saya. Setiap bulan sejak ginjalnya diangkat, saya bawa Fadillah ke RS Rancabadak. Selama 16 bulan Fadillah terus dikemoterapi. Uang yang saya keluarkan sudah mencapai Rp 100 juta,” kata Yusuf.

Namun, lanjut Yusuf, usaha kemoterapi yang dilakukan terhadap anaknya rupanya tidak membawa hasil yang baik. Setelah selama 16 bulan dikemoterapi, kata Yusuf, kanker yang diderita Fadillah malah semakin parah. Penyakit tersebut, lanjut Yusuf, bahkan sudah menggerogoti paru-paru dan hati Fadillah. Dokter yang menangani Fadillah, aku Yusuf, sudah tidak sanggup lagi mengobati.

“Saya sempat kecewa, tapi ini memang sudah suratan takdir. Setelah mengetahui penyakit kanker anak saya sudah menggerogoti paru-paru dan hati, saya rawat Fadillah di rumah. Perutnya sudah membuncit, seperti yang dialami Romlah. Setiap hari saya pangku Fadillah. Tepat 7 Desember 2003, Fadillah kemudian meninggal,” kata Yusuf sambil meneteskan air mata. (gin gin tigin ginulur)

Read more »

Beri Bantuan kepada Romlah, Mata Yusuf berlinang

CIREBON, TRIBUN – Suasana haru menyelimuti pertemuan antara Yusuf Nurdin (36) dengan penderita kanker ginjal Siti Romlah (9), di RSUD Waled Kabupaten Cirebon, Rabu (15/6) malam. Kedua mata Yusuf langsung berlinang begitu melihat kondisi Romlah. Berkali-kali karyawan PDAM Bandung bagian pelaksana gangguan distribusi air tersebut mengusap wajah dengan kedua tangannya.

Istri Yusuf, Tita F Rahayu (37) bahkan tak kuasa membendung air matanya, dan sempat menangis tersedu-sedu di koridor Ruang Bougenvill, tempat Romlah menginap. Kedua kaki perempuan berkerudung tersebut seolah tak mampu melangkah lebih maju, melihat kondisi Romlah dari dekat. Setiap hendak melangkah maju, Tita kembali mengurungkan niatnya. Ia kemudian mendekap kedua anaknya, Fikri Hakim (11) dan Fitri Fauziah (7).

“Astagfirullah,” begitu kalimat pertama yang diucapkan Yusuf begitu melihat secara langsung kondisi Romlah. Ia pun segera mendekati putri pasangan Toib (31) dengan
Omah (29) itu. Lantas, diusapnya kepala Romlah dengan lembut. Sementara Romlah hanya terdiam. Napasnya masih tetap tersengal-sengal. Selang oksigen pun tetap terpasang di kedua lubang hidungnya, seolah menyatu dengan bagian tubuh Romlah.

Keluarga Yusuf Nurdin memang sengaja jauh-jauh datang dari Bandung ke RSUD Waled Kabupaten Cirebon, untuk mendatangi Romlah. Yusuf mengaku tersentuh begitu membaca berita harian ini mengenai kanker yang menggerogoti ginjal Romlah. Seperti diberitakan Senin (12/6), Siti Romlah terpaksa dirawat di RSUD Waled karena menderita kanker ginjal. Menurut dokter yang menanganinya, kanker Romlah sudah menjalar ke bagian paru-paru, sehingga harapan hidup warga Desa Pabuaran Kecamatan Pabuaran Kabupaten Cirebon ini tipis.

“Saya tersentuh setelah membaca berita mengenai Siti Romlah di Harian Tribun Jabar. Anak saya yang ketiga juga pernah mengalami penyakit serupa. Ia sudah meninggal dua tahun yang lalu, karena kanker yang dideritanya sudah menjalar ke paru-paru. Saya sudah mengikhlaskan dia pergi. Tapi hati saya langsung tergerak begitu membaca berita tentang Romlah, dan bermaksud memberikan bantuan alakadarnya,” kata Yusuf kepada Tribun di RSUD Waled, Rabu (15/6) malam.

Dalam pertemuan tersebut, Yusuf memberikan bantuan uang sebesar Rp 1 juta yang diterima Sanyi (50), nenek Romlah. Kebetulan, saat itu Sanyi mendapat giliran menjaga Romlah, karena kedua orangtua Romlah tengah pulang untuk beristirahat. Begitu menerima bantuan tersebut, Sanyi langsung memeluk Yusuf seraya mengucapkan terima kasih. “Terima kasih pak, mudah-mudahan bantuan bapak berguna bagi keluarga kami. Kami keluarga miskin pak, tidak punya uang buat berobat,” kata Sanyi terharu.

Ucapan Sanyi kontan membuat Yusuf semakin terharu. Ia pun meminta keluarga Romlah bersabar dan memasrahkan semuanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. “Ibu yang sabar ya, semua sudah ada yang mengatur. Ini memang sudah menjadi kehendak Allah. Kita sebagai manusia tak bisa menolak takdir,” kata Yusuf sambil memandangi Romlah lekat-lekat. (tig)

Read more »

Kamis, 02 Juni 2005

KA Agro Anggrek Tabrak Pikup

“Kami Tidak Menerobos”

SHALEH (50) terbaring lemah di Kamar 4 Ruang Flamboyan RST Ciremai, Kamis (2/6) pagi. Kepalanya terlihat dibalut perban. Di sebelah tempat tidur Shaleh, Jasim anaknya juga terbaring lemah. Sebuah jahitan panjang menghiasi jidatnya. Jasim juga terlihat kerap meringis kesakitan, ketika suster memeriksa jahitan di jidatnya tersebut.

"Kami bertiga meluncur dari arah Kuningan menuju Pasar Kanoman untuk mengantarkan sayur mayur. Ketika akan melintas pintu perlintasan KA di Jalan Pangeran Drajat, pada pagi itu tidak terdengar bunyi sirene. Palang pintu perlintasan kereta juga masih terbuka, sehingga kami masih berani menyeberang," kata Shaleh kepada wartawan, Kamis (2/5).

Tiba-tiba, kata Shaleh, ketik mobil pikup berada sekitar 5 meter dari rel kereta api, muncul kereta api dengan kecepatan penuh. Dalam kondisi tersebut, kata Shaleh, Tarman (supir pikup, Red) tidak bisa lagi mengerem. “Mobil kami akhirnya membentur gerbong kedua," kata Shaleh.

Shaleh menambahkan, setelah membentur gerbong, mobil kemudian terpelanting ke kiri sejauh sekitar 15 meter dari jalan raya. “Kami bertiga terkapar dan bagian depan mobil rusak berat. Karena jalanan sepi, kami kemudian berjalan mencari pertolongan dan menuju rumah sakit," katanya.

Hal yang sama dikatakan Jasim. Ia bahkan menyalahkan, petugas pintu perlintasan yang terlambat menutup pintu. Akibatnya, kata Jasim, mobil yang ditumpanginya ditabrak kereta dengan cepat. "Kami tidak menerobos pintu lintasan. Petugas itu terlambat menutup pintu. Kalau menerobos, seharusnya papan pintunya rusak, padahal pada kenyataannya tidak," bantah Jasim. (tig)

Read more »

KA Agro Anggrek Tabrak Pikup

Tiga Luka Berat

CIREBON, TRIBUN – Tiga orang mengalami luka berat saat kendaraan pikup Mitsubishi T 120 SS Nopol E 8733 KD yang mereka tumpangi ditabrak Kereta Api Agro Anggrek Jurusan Surabaya-Jakarta, Kamis (2/6). Peristiwa nahas tersebut terjadi di perlintasan KA Sebidang Jalan Drajat Kelurahan Drajat Kecamatan Kesambi Kota Cirebon, sekitar pukul 04.00 pagi.

Ketiga korban adalah Artam (23), Shaleh (50) dan Jasim (22), warga Desa Sembawa Kecamata Jalaksana Kabupaten Kuningan. Akibat luka yang cukup parah, mereka harus dirawat secara intensif di ruang Flamboyan RS Tentara Ciremai Kota Cirebon. Di antara ketiga korban, Artam mengalami luka dalam yang paling serius. Tangan kanan dan tulang iganya patah. Ia pun kerap tak sadarkan diri, sehingga tidak bisa mengingat persis kejadian yang dialaminya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun, ketiga korban yang masih terhitung saudara itu bermaksud hendak pergi ke Pasar Kanoman, untuk mengantarkan sayur mayur dari Kabupaten Kuningan. Kegiatan tersebut sudah mereka lakukan sejak lama. Warga sekitar juga mengaku sudah sering melihat kendaraan tersebut melalui lintasan KA Sebidang di Jalan Drajat.

Sekitar pukul 04.00, kendaraan pikup tersebut mulai melintas di atas rel KA Jalan Drajat. Malang, baru sekitar 5 meter berjalan, sebuah KA Agro Anggrek menabrak pikup dengan keras. Kendaraan itu pun terseret sekitar 15 meter dari jalan raya. Sementara
ketiga penumpang terlempar dari pikup. Saking kerasnya benturan, pikup warna putih tersebut tidak berbentuk lagi. Beberapa bagian mobil, seperti setir dan pintu
mobil bahkan terlempar sekitar 30 meter.

“Saya sendiri tidak melihat persis kejadiannya pak. Tapi, saya melihat kendaraan pikup betul-betul sudah hancur tidak berbentuk. Setir mobil dan pintunya bahkan terlempar hingga 30 meter. Saya baru melihat ke tempat kejadian setelah ada warga yang berteriak Satu korban sempat saya lihat berjalan, dan meminta bantuan. Sementara yang lainnya terkapar di sisi rel kereta,” kata Tarban (40), Ketua RW 06 Kelurahan Drajat yang mengaku tidak jauh dari tempat kejadian.

Diduga, tabrakan tersebut terjadi lantaran petugas pintu lintasan terlambat menutup pintu perlintasan KA. Meski begitu, petugas jaga perlintasan KA, Rohudin (52) mengaku sudah menutup pintu perlintasan kereta api dan melihat kendaraan pikau menerobos masuk. Hanya saja, diakui Rohudin, keempat pintu perlintsan kereta api tersebut tidak menutup secara bersamaan.

"Kami sudah menutup pintu, namun keempat pintu perlintasan itu tidak langsung menutup bersamaan tapi sebagian-sebagian. Jadi, ketika bagian pintu lain masih terbuka, mobil tersebut menerobos hingga berbenturan dengan kereta api,” kata Rohudin kepada wartawan, Kamis (2/6).

Saat ini kasus kecelakaan tersebut ditangani aparat Polresta Cirebon. Menurut petugas Polresta Cirebon Ipda Pol Nana Rohana yang ditemui di lokasi kejadian, pihaknya akan memeriksa pertugas jaga lintasan KA, untuk dimintai keterangan. Nana menambahkan, berdasarkan hasil pemeriksaan di TKP dan keterangan sejumlah saksi termasuk saksi korban, diduga kuat peristiwa itu akibat pintu lintasan terlambat ditutup oleh petugas. “Namun demikian kami masih perlu melakukan kroscek, untuk menentukan tersangkanya," kata Nana. (tig)

Read more »