Lagi-lagi masalah yang sama setiap hari Minggu. Apalagi kalau bukan kurang berita. Ini sudah kali kedua di hari yang sama, asisten redaktur (asred) berteriak meminta berita. Tidak tanggung-tanggung, 7 berita yang diminta. Meski hari Minggu hanya dua wartawan yang libur, pasokan berita tetap sepi. Aku saja hanya mengirim satu berita karena dari pagi sama sekali tidak menemukan kejadian. Sementara wartawan lain rata-rata mengirim 2 sampai 3 berita. Wuih, 7 berita! Bukan hanya berita, pasokan foto juga minim lantaran satu fotografer tumbang. Stok foto teman-teman juga kurang, termasuk aku.“Kumaha euy?? Berita kurang 7, foto kosong!! Usahakeun nya!!” teriak seorang asred di Jakarta via telepon. “Siap, nanti diusahakan!!” ujarku.
Kantor biro sendiri sepi sejak sore. Beberapa wartawan yang hari itu masuk, sudah kembali ke alamnya masing-masing. Dipaksakan bagaimana pun juga, mencari 7 berita dalam waktu singkat bukan seperti membalikkan telapak tangan. Telepon sana telepon sini, tetap gagal. Buka media online, sami mawon. Akhirnya, Kris menambah berita. Dasir kirim foto lagi. Aku tetap buntu, tak ada ide menambah berita kejadian sambil menunggu telepon dari asred. Benar saja, pukul 20.00 WIB, asred kembali menelepon. “Sudah ada berita???” tanyanya was was. “Tunggu sampai jam setengah sembilan bos!!” seruku sambil masih kebingungan mencari tambahan berita lagi. Aku kembali menanyai teman-teman, termasuk Wisnoe yang kebetulan hari itu kebagian jatah libur. Ugie sudah mengirim 3 berita dan dia pun sudah kehabisan bahan berita. Wisnoe tak punya stok berita. Akhirnya Kris menambah lagi satu berita.
Nada dering lagu Indonesia Raya kembali terdengar. Asred lagi-lagi meneleponku. “Punya berita yang ada fotonya gak? Udah aja, tinggal itu. Yang lain udah beres diakalin,” tanya dia lagi. Seperti biasa, aku menjawab normatif, tidak menjanjikan tetapi hanya menjawab akan diusahakan. Lagi-lagi apes. Bahan yang diminta kosong. Dasir sang fotografer menawarkan foto dan aku berencana membuat beritanya. Tapi setelah dipikir-pikir, foto tersebut sepertinya tidak layak untuk ukuran koran yang katanya kelas menengah ke atas. Gagal melayani permintaan asred, Kris aku minta menambah berita dan dia mengamininya. Setengah jam aku masih menunggu telepon dari asred, memastikan apakah halaman sudah beres atau belum. Sepertinya sudah beres. Telepon terakhir dari asred hanya menanyakan alamat salah satu organisasi wartawan di Bandung.
Secara pribadi, aku memang merasa kehilangan semangat liputan beberapa hari ini, sejak kembali ke Bandung dan menempati pos semula, kriminal dan ploating. Selain karena selama seminggu tidak ada kejadian menonjol, gairah kerjaku sedikit menurun. Aku kurang paham penyebab pastinya. Mungkinkah kedatangan seorang pejabat perusahaan di Jakarta ke kantor biro beberapa waktu lalu menjadi salah satu pemicu? Bisa saja. Meski aku tak hadir dalam pertemuan itu, cerita teman-teman tentang isi pembicaraan dengan pejabat tersebut membuatku goyah. Entahlah!! Mundur memang bukan jalan yang baik. Tapi bertahan?? Ah, mudah-mudahan jalan terbaik segera terbuka dan kebahagiaan bisa diraih dengan sempurna.
0 komentar:
Posting Komentar