Warga Garut tentu kenal betul sosok Ir H Muhammad Iqbal Santoso. Selain menjabat sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Garut, Iqbal juga dikenal sebagai pimpinan Pondok Pesantren Persis Garut. Namanya juga pimpinan pondok pesantren, urusan ayat-ayat suci Al Quran pastinya sudah menjadi makanan sehari-hari sang ustadz. Nah, entah sudah lama tidak bergelut dengan dunia pesantren karena mengurusi pilkada Kabupaten Garut, sang ustadz membuat kesalahan yang menggelikan saat menutup acara pengundian nomor urut pasangan calon di Gedung Kesenian Bale Paminton Dewata Kabupaten Garut, Minggu (31/8) lalu. Ia tiba-tiba salah membaca kalimat hamdallah. “Dengan mengucapkan kalimat hamdallah kita tutup acara ini. Alhamdullilahirahmannirahim,” ucap Iqbal disambut tawa para hadirin. Menyadari kesalahannya, Iqbal pun ikut tertawa. “Eh, naha jadi geumpeur kieu nya,” ujar Iqbal. Ia kemudian mengulang kalimat penutup sambil membaca kalimat hamdallah yang benar. “Alhamdullilahirabil Alamin,” kata Iqbal kali ini disambut tepukan hadirin.
Setelah ditetapkan sebagai calon Bupati/Wakil Bupati Garut pada pilkada Kabupaten Garut Oktober mendatang, 7 pasangan calon memang diharuskan mengambil nomor urut dengan cara diundi. Hasilnya, pasangan KH Aceng Wahdan Bakri -dr Helmi Budiman (PPP dan PKS) mendapat nomor urut pertama, disusul H Rudi Gunawan- Oim Abdurrohim (Golkar dan PDIP) yang mendapat nomor urut dua. Pasangan Aceng Holik Fikri-Diky Candra (perseorangan) mendapatkan nomor urut tiga. Berturut-turut kemudian, pasangan KH Abdul Halim Lc -Ir Nandang Suhendra MSi (perseorangan), Drs H Harliman MSi-H Ali Rohman (Demokrat, PKB, Pelopor dan PBR), Drs H Sali Iskandar-Asep Kurnia Hamdani (perseorangan), H Syamsu Sugeng Djayusman MEng -Hudan Mushafudin SThI (PAN, PBB, PNBK, Patriot, PPDK dan PKPB), mendapat nomor urut 4, 5, 6, dan 7. Acara pengundian nomor urut dihadiri oleh sejumlah unsur Muspida Kabupaten Garut, seluruh anggota KPU Garut, tim kampanye calon, dan tentu saja pasangan calon itu sendiri.
Banyaknya calon pada pilkada Kabupaten Garut ini membuat wartawan kesulitan mewawancarai setiap pasangan usai mendapatkan nomor urut. Padahal, tanggapan mereka pasti macam-macam terkait nomor urut yang diperoleh. Satu pasangan calon yang berhasil diwawancarai adalah Harliman-Ali Rohman. Mereka mengaku senang mendapatkan nomor urut lima. Sebab, menurut mereka, lima itu banyak mengandung makna tertentu. “Lima itu bisa rukun iman. Bisa juga Pancasila. Terus kalau say hello sama wartawan kan jari yang dikembangkan lima. Masak dua jari,” kata Ali diiyakan Harliman. Sementara pasangan lainnya luput dari perhatian wartawan dan tak sempat diwawancarai. Acara pengundian nomor urut sendiri berlangsung singkat. Tak kurang dari satu jam, acara pengundian nomor urut pun usai. Sambil menunggu masa kampanye berlangsung, seluruh pasangan calon dilarang melakukan kegiatan yang berbau kampanye. Sementara mekanisme kampanye pilkada, baru akan dibahas pada 6 Oktober mendatang dan pelaksanaannya pada tanggal 9 hingga 22 Oktober.
“Sepertinya ini rekor pilkada paling banyak calon. Repotnya, nanti pas kampanye dan hari H. Biasanya kantor minta meliput kegiatan seluruh calon,” ucapku diiyakan Kemal. Pemikiran Mang Anang Priangan lain lagi. Sebelum Ramadan tiba, Mang Anang memperkirakan seluruh calon akan mengundang wartawan buka bersama sebagai ajang sosialisasi. “Kalau setiap calon mengundang buka bersama, berarti 7 hari wartawan bisa gratis makan,” celetuk Mang Anang pada suatu hari. Tapi, perkiraan wartawan yang dikenal jahil itu rupanya meleset. Toh, hingga dua hari Ramadan, belum satu pun calon yang mengajak wartawan buka bersama. Mungkin mereka takut kena semprit panitia pengawas (panwas) Pilkada mengingat bulan Ramadan ini merupakan masa tenang. Ah, yang jelas mah, bulan-bulan ke depan tampaknya bakal makin melelahkan. Tugas liputan bertumpuk. Ya, ngisi halaman Ramadan, pilkada, dan tentu saja berita-berita reguler. Tiba-tiba HP-ku berbunyi. Sebuah SMS dari pemegang halaman mampir. “Mang tolong bikin ficer masjid kanggo halaman 1 nya! Paling telat lusa. Mesjid di Cibiuk we nya. Nuhun.”
Setelah ditetapkan sebagai calon Bupati/Wakil Bupati Garut pada pilkada Kabupaten Garut Oktober mendatang, 7 pasangan calon memang diharuskan mengambil nomor urut dengan cara diundi. Hasilnya, pasangan KH Aceng Wahdan Bakri -dr Helmi Budiman (PPP dan PKS) mendapat nomor urut pertama, disusul H Rudi Gunawan- Oim Abdurrohim (Golkar dan PDIP) yang mendapat nomor urut dua. Pasangan Aceng Holik Fikri-Diky Candra (perseorangan) mendapatkan nomor urut tiga. Berturut-turut kemudian, pasangan KH Abdul Halim Lc -Ir Nandang Suhendra MSi (perseorangan), Drs H Harliman MSi-H Ali Rohman (Demokrat, PKB, Pelopor dan PBR), Drs H Sali Iskandar-Asep Kurnia Hamdani (perseorangan), H Syamsu Sugeng Djayusman MEng -Hudan Mushafudin SThI (PAN, PBB, PNBK, Patriot, PPDK dan PKPB), mendapat nomor urut 4, 5, 6, dan 7. Acara pengundian nomor urut dihadiri oleh sejumlah unsur Muspida Kabupaten Garut, seluruh anggota KPU Garut, tim kampanye calon, dan tentu saja pasangan calon itu sendiri.
Banyaknya calon pada pilkada Kabupaten Garut ini membuat wartawan kesulitan mewawancarai setiap pasangan usai mendapatkan nomor urut. Padahal, tanggapan mereka pasti macam-macam terkait nomor urut yang diperoleh. Satu pasangan calon yang berhasil diwawancarai adalah Harliman-Ali Rohman. Mereka mengaku senang mendapatkan nomor urut lima. Sebab, menurut mereka, lima itu banyak mengandung makna tertentu. “Lima itu bisa rukun iman. Bisa juga Pancasila. Terus kalau say hello sama wartawan kan jari yang dikembangkan lima. Masak dua jari,” kata Ali diiyakan Harliman. Sementara pasangan lainnya luput dari perhatian wartawan dan tak sempat diwawancarai. Acara pengundian nomor urut sendiri berlangsung singkat. Tak kurang dari satu jam, acara pengundian nomor urut pun usai. Sambil menunggu masa kampanye berlangsung, seluruh pasangan calon dilarang melakukan kegiatan yang berbau kampanye. Sementara mekanisme kampanye pilkada, baru akan dibahas pada 6 Oktober mendatang dan pelaksanaannya pada tanggal 9 hingga 22 Oktober.
“Sepertinya ini rekor pilkada paling banyak calon. Repotnya, nanti pas kampanye dan hari H. Biasanya kantor minta meliput kegiatan seluruh calon,” ucapku diiyakan Kemal. Pemikiran Mang Anang Priangan lain lagi. Sebelum Ramadan tiba, Mang Anang memperkirakan seluruh calon akan mengundang wartawan buka bersama sebagai ajang sosialisasi. “Kalau setiap calon mengundang buka bersama, berarti 7 hari wartawan bisa gratis makan,” celetuk Mang Anang pada suatu hari. Tapi, perkiraan wartawan yang dikenal jahil itu rupanya meleset. Toh, hingga dua hari Ramadan, belum satu pun calon yang mengajak wartawan buka bersama. Mungkin mereka takut kena semprit panitia pengawas (panwas) Pilkada mengingat bulan Ramadan ini merupakan masa tenang. Ah, yang jelas mah, bulan-bulan ke depan tampaknya bakal makin melelahkan. Tugas liputan bertumpuk. Ya, ngisi halaman Ramadan, pilkada, dan tentu saja berita-berita reguler. Tiba-tiba HP-ku berbunyi. Sebuah SMS dari pemegang halaman mampir. “Mang tolong bikin ficer masjid kanggo halaman 1 nya! Paling telat lusa. Mesjid di Cibiuk we nya. Nuhun.”
0 komentar:
Posting Komentar