Sabtu, 28 Januari 2006

Aksi Jahit Mulut Jajang Berakhir (2)

Tangis Juariah Pecah

SUASANA duka tampak menyelimuti keluarga Jajang Suparman (38) di Kampung Bobojong RT 04/06 Desa Tanjungsari Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur, Sabtu (28/1) malam. Begitu Jajang tiba di rumah sekitar pukul 23.00, sejumlah sanak keluarga menyambut dengan tangis. Lantunan salawat pun langsung terdengar sesaat setelah tubuh Jajang dikeluarkan dari ambulans.

Dalam keadaan tak sadarkan diri, Jajang kemudian dibawa dengan menggunakan kereta dorong ke rumah Esih (41), adik iparnya. Rumah tersebut berada persis di belakang rumah Jajang. Saat dibawa dengan kereta dorong, wajah Jajang tampak pucat. Bekas jahitan di mulutnya juga masih terlihat jelas, lengkap dengan benangnya. Tidak hanya itu, lengan kirinya pun masih ditempeli selang infus, meski cairan infus dalam botol sudah hampir habis.

Sepanjang perjalanan menuju rumah Esih, Juariah (50), kakak tertua Jajang terlihat terus meneteskan air mata. Tangisnya pecah begitu Jajang dibaringkan di salah satu kamar berukuran sekitar 2x3 meter. Berkali-kali Juariah mengelus wajah adik keempatnya, dan memeluknya erat-erat. Ia pun menumpahkan tangisnya sambil tertunduk di atas wajah Jajang.

Selama hampir 30 menit, Juariah terus menangis. Tangisnya baru berhenti setelah sejumlah kerabat berusaha menghiburnya. Dengan terisak, Juariah pun menatap lekat-lekat tubuh Jajang yang dibalut selimut. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Jajang saat itu. “Kunaon atuh maneh teh Jang (Kenapa kamu Jang)?” tanya Juariah lirih.

Kepala Desa Tanjungsari, Asep Suherman (50), mengaku prihatin melihat kondisi tubuh Jajang yang terus melemah. Menurut Asep, dirinya sama sekali tidak tahu keberangkatan Jajang bersama sejumlah warga Tanjungsari lainnya ke Jakarta beberapa waktu yang lalu. Meski begitu, Asep mendukung aksi yang dilakukan warga menuntut pihak PLN pusat.

“Memang kepergian warga saya ke Jakarta tanpa sepengetahuan saya. Justru dari televisi saya mengetahui adanya aksi jahit mulut yang dilakukan salah seorang warga dari Desa Tanjungsari. Di Desa Tangjungsari sendiri ada sekitar 229 warga saya yang menjadi korban SUTET. Sebetulnya kami sudah 3 kali berniat menjemput Jajang” kata Asep kepada wartawan, Sabtu (28/1).

Rencananya, kata Asep, Jajang akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Namun, kata Asep, keputusan terakhir tetap ada di tangan keluarga Jajang. Pantauan Tribun di rumah Esih, Minggu (29/1) pukul 00.30, kondisi Jajang masih terlihat lemah. Meski begitu, ia sudah mulai menggerakan sebagian anggota tubuhnya, dan membuka mulutnya pelan-pelan. (gin gin tigin ginulur)

0 komentar:

Posting Komentar