Senin, 12 Oktober 2009

Chelsea dan Anak Tikus

Pecinta sepakbola, terutama penggemar Premier League, tentu mengenal klub sepakbola Chelsea. Ya, klub asal Kota London Inggris yang dikenal dengan sebutan The Blues ini, sudah menghabiskan banyak sejarah dalam dunia sepakbola Inggris. Berdasarkan data dari Wikipedia Indonesia, klub ini didirikan oleh HA Mears pada tahun 1905 dan memiliki stadion sendiri di Fulham London Barat. Stadion tersebut mampu menampung sekitar 42.360 penonton.


Nah, adik ipar saya adalah salah satu penggemar berat Chelsea. Namanya Nivo Febriantino atau akrab disapa Apo. Meski begitu, empat keponakannya –termasuk anak saya, diwajibkan memanggil nama Apo dengan sebutan Oom Ganteng. Padahal menurut saya sih wajah Apo standar alias tidak terlalu ganteng meski tidak jelek-jelek amat. Saking ngefansnya Apo dengan klub sepakbola Chelsea, segala pernak-pernik yang berbau klub tersebut dia beli. Mulai dari jam dinding, seprei, kaos, gelas, hingga gantungan kunci. Setiap Chelsea bertanding, Apo pun tak pernah melewatkannya. Maksudnya nonton siaran langsung di televisi.

Lantas, apa hubungan Chelsea dengan anak tikus? Begini. Beberapa bulan lalu, Apo mendapat hadiah anak kucing dari temannya. Warna anak kucing itu abu-abu. Seperti sudah menjadi bagian dari keluarga mertua saya, kucing itu dipelihara dengan baik. Makanannya pun dijaga. Meski kadang-kadang menyebalkan juga karena suka sembarangan buang kotoran, Chelsea tetap disayang. Kini, anak kucing jantan itu menjelma menjadi kucing perkasa. Layaknya kucing-kucing lain, Chelsea kerap mencari tikus di dapur. Setiap malam, dia pasti keluyuran di dapur, masuk ke celah-celah lemari, atau ke kolong meja. Usahanya kadang berhasil, kadang tidak.

Sayangnya, Chelsea kebanyakan hanya memangsa anak tikus. Jarang sekali saya melihat dia membawa seekor tikus besar. Anehnya lagi, anak tikus hasil buruannya itu tidak pernah dimakan melainkan diajak main. Setiap berhasil ditangkap, anak tikus itu ia lepaskan. Setelah lepas, ia kejar lagi. Begitu seterusnya. Sekilas, kelakuan Chelsea dan anak tikus buruannya itu mirip adegan di film Tom and Jerry. Anak dan keponakan saya paling senang melihat adegan itu. Bagi mereka, kelakuan Chelsea adalah sebuah hiburan. Saat anak tikus itu lepas, mereka tertawa. Sebaliknya, begitu Chelsea berhasil menangkapnya kembali, mereka bersorak.

Di sisi lain, kelakuan Chelsea juga memicu kehebohan dan kepanikan orang rumah. Seperti yang terjadi siang tadi saat dia kedapatan membawa seekor anak tikus di mulut. Begitu berhasil mendapat anak tikus, Chelsea malah memainkannya di ruang tamu. Tentu saja orang-orang rumah heboh. Apalagi setelah anak tikus itu sempat menghilang beberapa saat gara-gara berhasil kabur dari cengkraman Chelsea. Bodohnya lagi, setelah anak tikus itu hilang, Chelsea mengeong seperti meminta pertolongan. Kontan saja, Apo majikannya, ikut-ikutan mencari. Rupanya sang tikus tengah asyik bersembunyi di balik gorden ruang tamu.

Guna meredam kehebohan di rumah, Apo akhirnya berinisiatif mengeluarkan anak tikus itu dari ruang tamu. Di luar, Chelsea pun kembali asyik bercengkerama dengan sang anak tikus. Lama-lama, anak tikus itu mati kelelahan. Chelsea pun meninggalkannya. Dia melepas lelah persis di depan bangkai tikus.

Read more »

Minggu, 11 Oktober 2009

Anak Saya Meninggal karena Kanker Ginjal

LANGKAH Tita F Rahayu (37) terhenti di pintu masuk Ruang Bougenville RSUD Waled, Rabu (15/6) malam. Tatapannya kosong. Ibu dua anak itu kemudian meneteskan air mata, begitu melihat kondisi penderita kanker ginjal, Siti Romlah (9), duduk tak berdaya. Tangis guru kimia SMA 1 Cileunyi itu pun akhirnya pecah.

“Istri saya teringat anak ketiga kami yang meninggal karena penyakit yang sama dengan Romlah. Namanya Fadillah Khotimah. Usianya saat meninggal baru 4 tahun. Kanker ginjal menggerogoti putri ketiga saya sejak usianya dua tahun. Kami sudah berusaha berobat ke sana ke mari, namun Tuhan memang berkehendak lain. Tanggal 7 Desember 2003, Fadillah meninggal,” kata Yusuf kepada Tribun, menceritakan pengalaman pahitnya.

Menurut Yusuf, Fadillah divonis menderita kanker ginjal saat dirinya berobat ke RS Bromeous Bandung. Saat usia dua tahun, kata Yusuf, Fadillah tiba-tiba terjatuh. Kemudian, warga Jalan Rancabolang Bandung ini melihat benjolan pada bagian perut Fadillah. “Saya mengira benjolan itu disebabkan oleh benturan akibat Fadillah terjatuh. Setelah diperiksa, dokter langsung memvonis anak saya menderita kanker ginjal,” kata Yusuf.

Selang beberapa hari kemudian, ginjal Fadillah diangkat, agar kanker yang dideritanya tidak sampai menyebar ke paru-paru dan hati. Dokter yang menangani Fadillah, kata Yusuf, mengatakan operasi berjalan dengan sukses. Namun, lanjutnya, Fadillah tetap harus dikemoterapi. Yusuf pun menerima saran dokter, dengan harapan anaknya bisa sembuh seperti semula.

“Saya turuti nasihat dokter. Fadillah dikemoterapi di RS Rancabadak Bandung. Bahkan saya sengaja mencari obat kemoterapi hingga ke Singapura, demi kesembuhan anak saya. Setiap bulan sejak ginjalnya diangkat, saya bawa Fadillah ke RS Rancabadak. Selama 16 bulan Fadillah terus dikemoterapi. Uang yang saya keluarkan sudah mencapai Rp 100 juta,” kata Yusuf.

Namun, lanjut Yusuf, usaha kemoterapi yang dilakukan terhadap anaknya rupanya tidak membawa hasil yang baik. Setelah selama 16 bulan dikemoterapi, kata Yusuf, kanker yang diderita Fadillah malah semakin parah. Penyakit tersebut, lanjut Yusuf, bahkan sudah menggerogoti paru-paru dan hati Fadillah. Dokter yang menangani Fadillah, aku Yusuf, sudah tidak sanggup lagi mengobati.

“Saya sempat kecewa, tapi ini memang sudah suratan takdir. Setelah mengetahui penyakit kanker anak saya sudah menggerogoti paru-paru dan hati, saya rawat Fadillah di rumah. Perutnya sudah membuncit, seperti yang dialami Romlah. Setiap hari saya pangku Fadillah. Tepat 7 Desember 2003, Fadillah kemudian meninggal,” kata Yusuf sambil meneteskan air mata. (gin gin tigin ginulur)

Read more »

Menyimpan Tulisan Lama

Dua hari terakhir ini saya punya kegiatan baru. Di sela-sela aktivitas mengedit berita, saya menyempatkan diri meng-copy tulisan hasil reportase di tiga media dalam kurun waktu 2005-2008 yang dikirim ke redaksi via email. Tulisan-tulisan itu lantas saya simpan dalam blog ini sesuai dengan tanggal penulisan dan pengirimannya. Memang, tidak semua tulisan itu saya simpan. Hanya beberapa saja yang saya pikir menarik dan punya cerita di balik peliputannya. Selain itu, apa yang saya simpan juga hanya tulisan saat saya meliput di luar daerah sehingga harus dikirim via email.

Pertengahan 2005 silam, saat masih bekerja di harian Tribun Jabar (Grup Kompas Gramedia), saya sempat ditugaskan meliput di wilayah III Cirebon (Kota/Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Majalengka, dan Kuningan). Selang beberapa bulan kemudian, tepatnya Desember 2005, saya beralih tugas ke Cianjur, masih dengan bendera yang sama yaitu Tribun Jabar. Dua tahun kemudian, tepatnya Februari 2007, saya hijrah dari Tribun Jabar ke Suplemen Pakuan (grup Pikiran Rakyat). Di suplemen yang terbit mingguan itu, saya ditempatkan di wilayah Kota/Kabupaten Bogor, dan Depok. Hanya bertahan dua bulan, saya kembali bekerja menjadi wartawan harian di koran Seputar Indonesia. Dari Maret 2007 hingga Mei 2008, saya ditempatkan di wilayah Bandung, tepatnya kepolisian, ploting, kejaksaan/kehakiman, dan Pemprov Jabar. Baru pada Mei 2008, saya kembali bertugas di luar kota, kali ini Kabupaten Garut dengan koran yang berbeda.

Memang perlu ketekunan saat menyimpan tulisan itu. Tidak seperti memposting tulisan baru, saat memposting tulisan lama ini, saya harus mengklik opsi entri di kolom posting. Lantas, postingan tersebut saya ganti waktunya, disesuaikan dengan tanggal penulisan dan pengiriman via email. Beberapa tulisan memang cukup berkesan buat saya, karena proses peliputannya yang menyenangkan, menegangkan, atau menyedihkan. Saya masih ingat betapa luasnya lokasi liputan saya saat berada di wilayah III Cirebon. Menembus malam-malam jahanam wilayah Pantura bersama kawan-kawan sekadar mencari lokasi kecelakaan di Eretan Indramayu. Atau bagaimana saya bersama seorang kawan di Kabupaten Cianjur terpaksa harus masuk ke kuburan malam-malam di tengah guyuran hujan lebat saat mencari rumah korban SUTET yang menjahit bibirnya. Belum lagi saya harus nyasar ke Pasar Minggu Jakarta saat ditugaskan meliput rumah si Pitung yang jadi kafe di Kota Depok. Atau tiga hari sekali mengencangkan rantai motor Yamaha Vega yang longgar akibat bolak-balik Bogor via Puncak.

Begitulah. Saya akhirnya berhasil menyimpan naskah-naskah kenangan itu dalam sebuah halaman baru di blog ini. Agar mudah mencarinya, saya simpan naskah itu di link:



Setidaknya, kalau saya merindukan suasana liputan di daerah, atau kawan-kawan liputan saya di daerah, tulisan-tulisan lama itu bisa jadi penghibur.

Read more »

Sabtu, 03 Oktober 2009

Masjid Kubah Emas Depok

Ini hanya hasil iseng-iseng saya menjelajah mesin pencari google. Setelah sekian lama gagal mencari tulisan Masjid Kubah Emas Depok hasil reportase saat bekerja di suplemen Pakuan (grup Pikiran Rakyat) sekitar bulan Februari 2007 silam, saya mencobanya kembali melalui mesin pencari google. Dengan kata kunci "Masjid Kubah Emas Depok", akhirnya saya berhasil menemukannya di antara 20.800 tulisan bertema sama.

Tulisan itu tersimpan di http://jaton.forummotion.com. Semakin yakin itu tulisan saya, karena tertera inisial PK-5 di akhir tulisan. Sekadar informasi, PK-5 adalah inisial saya saat bekerja di suplemen yang terbit di wilayah Kota/Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota/Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur itu. Wah, senangnya menemukan tulisan yang hilang karena saya tidak memiliki arsipnya. Terimakasih buat pemilik situs http://jaton.forummotion.com yang sudah menyimpan tulisan saya dengan apik. Biar tidak hilang lagi, saya posting saja di blog ini:

Luar biasa! Itulah kalimat pertama yang diucapkan masyarakat saat berkunjung ke Masjid Dian Al Mahri di Kel. Meruyung, Kec. Limo, Kota Depok. Sebuah masjid megah berkapasitas 20 ribu jemaah tampak berdiri kokoh di atas lahan seluas 100 hektare. Kekaguman pengunjung makin menjadi, tatkala melihat kubah utama masjid yang dilapisi emas 24 karat.

"Masjid ini dibangun April 1999 oleh seorang dermawan bernama Hj. Dian Juriah Maimun Al Rasyid. Rencananya, selain masjid, lahan ini akan dijadikan Islamic Centre. Nantinya akan ada lembaga dakwah, dan rumah tinggal. Pokoknya semua aktivitas keagamaan akan dilakukan di kompleks masjid ini," kata Ir. H. Yudi Camaro, M.M., pengelola Masjid Dian Al Mahri.

Menurut Yudi, saat ini tahap pembangunan Islamic Centre baru separuh jalan. Rencananya, lanjut dia, seluruh pembangunan ditargetkan rampung dalam kurun waktu tiga sampai lima tahun ke depan. Meski begitu, masjid tersebut telah resmi dibuka untuk umum bertepatan dengan Hari Raya Iduladha, 31 Desember 2006.

"Pembangunannya memang sudah berlangsung sejak tahun 1999, namun baru dibuka untuk umum 31 Desember 2006. Setelah salat Iduladha, pemilik masjid langsung meresmikan masjid ini. Saat itu, tak kurang dari 5 ribu jemaah mengikuti pro-sesi peresmian masjid ini," kata Yudi.

Bangunan masjid, kata Yudi, memiliki luas 8.000 meter persegi yang terdiri dari ba-ngunan utama, mezamin, halaman dalam, selasar atas, selasar luar, ruang sepatu, dan ruang wudu. Masjid, lanjut Yudi, mampu menampung 15 ribu jemaah salat dan 20 ribu jemaah taklim.

"Biasanya jumlah pengunjung membeludak sejak Jumat sampai Minggu. Saat Salat Jumat, minimal 5 ribu jemaah memadati masjid. Sementara pada hari Minggu, jumlah pengunjung biasanya mencapai 10 ribu orang. Sedangkan hari-hari biasa, jumlah jemaah tidak terlalu banyak," kata Yudi.

Masjid Dian Al Mahri memiliki 5 kubah. Satu kubah utama dan 4 kubah kecil. Uniknya, seluruh kubah dilapisi emas setebal 2 sampai 3 milimeter dan mozaik kristal. Bentuk kubah utama menyerupai kubah Taj Mahal. Kubah tersebut memiliki diameter bawah 16 meter, diameter tengah 20 meter, dan tinggi 25 meter. Sementara 4 kubah kecil memiliki diameter bawah 6 meter, tengah 7 meter, dan tinggi 8 meter.

"Kita tidak bicara jumlah emas, tapi ketebalan emas. Setiap kubah memiliki ketebalan emas 2 sampai 3 milimeter. Emas kubah tersebut kemudian dilapisi lagi dengan mozaik kristal. Masjid ini terbuka untuk umum, meski ada beberapa bagian yang harus tetap steril seperti menara masjid," kata Yudi.

Meski pengunjung bebas keluar masuk masjid, sejumlah aturan tetap harus dipatuhi. Aturan tersebut, kata Yudi, dibuat agar suasana ibadah tetap nyaman. Misalnya, lanjut Yudi, pengunjung dilarang membawa makanan dan minuman ke lingkungan masjid. Selain itu, anak di bawah usia 9 tahun juga dilarang memasuki lingkungan masjid.

"Namanya ibadah kan harus nyaman. Bagaimana bisa nyaman jika anak-anak berlari-lari di dalam masjid. Atau, pengunjung membawa makanan dan minuman ke dalam masjid. Ini memang tata tertib yang harus ditaati pengunjung agar masjid tetap terjaga," kata Yudi.

Sayangnya, Yudi tidak mau menyebut nilai rupiah yang dihabiskan untuk pembangunan masjid ini. Yang pasti, lanjut Yudi, jika dihitung total biaya pembangunan masjid betul-betul menyentuh angka yang sangat fantastis. "Subhanallah, untuk ukuran tempat ibadah, total biaya pembangunan masjid betul-betul sangat fantastis. Mudah-mudahan ini menjadi spirit bagi umat Islam lain untuk membangun tempat ibadah," kata Yudi.

Rita (40), salah seorang pengunjung asal Kota Cimahi mengaku takjub saat melihat masjid itu dari dekat. Selama ini, Rita mengaku hanya mendengar kemegahan masjid tersebut dari beberapa temannya. "Saya takjub. Selama ini saya hanya mendengar dari teman tentang kemewahan masjid kubah emas ini," kata Rita. (PK-5)

Read more »